FICTION DIARY : 一人のミス

Benar, aku rindu berat sampai sesak. Paru-paruku sampai terasa sulit menyerap udara. Seberat inikah rindu yang tidak bertemu? Tapi kamu pasti tak pernah merasakan rindu begini. Aku rindu sendiri sampai lutut-lututku sakit kurengkuh terus dalam-dalam, sampai terus menempel tubuh dengan tanganku sendiri. Sampai kulihat terus-menerus hari ini... waktu ini... dan bertanya kapan akan bertemu. Beginilah rindu yang tidak bertemu.

Berapa kali aku menyia-nyiakan kesempatan dan aku takut ternyata kamu bosan memahami. Tapi nyatanya rasa ini tak pernah mengalami yang namanya abrasi atau apalah sejenisnya. Tidak... tidak... rasa ini semakin berlipat-lipat seperti tugas matematika. Benar-benar menyusahkan. Sedangkan kamu bebas saja dari pikiran ini. Karna kamu tak pernah merasakan rindu seperti ini.

Kalau saja aku bisa memilih tak pernah tau ada manusia seperti kamu yang akan membuat perasaanku bertekuk lutut sampai ulu-ulu hatiku, aku tentu langsung menolak karna pada dasarnya aku kepayahan menguranginya. Apalagi menghilangkannya. Beginilah kalau rindu sendiri. Susah raibnya.

Kamu yang tak pernah mampu kusentuh bahkan sekedar melalui pikiran sekalipun... Membayangkannya saja sudah sulit. Lalu aku harus seperti apa? Harus bagaimana biar kamu tertular perasaan begini, biar aku tak rindu sendiri...

Rindu itu membuat aku bodoh seperti orang gila. Otakku sudah tak tentu arah kecuali menjurus memikirkan sebuah nama yang ku agungkan. Mau bagaimana lagi... namanya rindu sendiri. Kamu mana paham begini... kamu mana mungkin menemui.

0 comments:

Post a Comment